KONSEP PENDIDIKAN IPS
A.
Pengertian IPS
IPS merupakan suatu program
pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan
ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial
(social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence
Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS),
menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan
kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah,
antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada
banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi
Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1. Ilmu Sosial (Sicial Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan
tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial
terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan
biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Kosasih
Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari
manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai
anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa
Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena
itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Studi Sosial (Social Studies).
Perbeda dengan Ilmu Sosial, Studi
Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan
lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social.
Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai
berikut : Sudi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan
merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar.
3. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal
dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat
adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai
nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada
tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan
tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah
dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National
Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social
studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic
competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated,
systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics,
geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion,
and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics,
and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young
people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the
public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8)
memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner
(Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan
integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi
budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan
sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS
merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah
mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi,
politik.
B.
Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke
Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut
Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah
adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah
Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga
manusia menjadi tenaga mesin.
Latar belakang dimasukkannya Social
studies dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris
karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika
Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan
penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang
didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara
tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika
Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung
perang saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak
yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap
untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk
yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan
sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan
berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa
satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan
memasukkan social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin
pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah
Komisi Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi
tentang perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah
dasar dan sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika
lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan
civics.
Di samping sebagai reaksi para pakar
Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan
Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan
para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah
meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara
yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2)
dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan
pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu
harus menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya
mereka sudah mendapat bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah.
Pengembangan Pendidikan IPS SD 1 - 9
Pertimbangan lain dimasukkannya
social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat
menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi
pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar
dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan
masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman
sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih
mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada
bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
Latar belakang dimasukkannya bidang
studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di
Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari
situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan
G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah
keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang
pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima
masalah tersebut antara lain:
1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan
kesempatan belajar.
2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
3. Relevansi, berkaitan dengan
kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
4. Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan
sumber daya dan dana.
5. Pembinaan generasi muda dalam
rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah
melakukan perubahan kurikulum kembali yangn dikenal dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum SD, IPS berganti nama menjadi Pengetahuan
Sosial. Pengembangan kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif
berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial
dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
C. Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk
jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:
1. Mensistematisasikan bahan,
informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan
lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2. Lebih peka dan tanggap terhadap
berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
3. Mempertinggi rasa toleransi dan
persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.
IPS atau disebut Pengetahuan Sosial
pada kurikulum 2004, merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan
MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi
Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Pada haikatnya, pengetahuan Sosial
sebabagi suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
1. Siapa diri saya?
2. Pada masyarakat apa saya berada?
3. Persyaratan-persyaratan apa yang
diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan
bangsa?
4. Apa artinya menjadi anggota
masyarakat bangsa dan dunia?
5. Bagaimanakah kehidupan manusia
dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus
dijawab oleh setiap siswa, dan jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan
sosial secara sistematis dan komprehensip. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial
diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses
menuju kedewasaan.
BAB III
HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS
Hakikat
IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial
selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang
ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui
handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara
orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya.
Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh
karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan
menguasai dunia”.
Suatu
tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi
alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari
permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti
daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan
mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya
Anda dapat mencermati contoh berikut ini.
• Corak kehidupan masyarakat di tepi
pantai utara Jawa yang bentuknya landai dengan laut yang tenang dan tidak
begitu tinggi serta arus angin yang tidak begitu kencang, sangat menguntungkan
bagi masyarakat untuk mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di
kawasan laut yang dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu
mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua
pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai utara
Jawa.
• Dataran rendah yang meliputi
daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut merupakan
kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung oleh iklimnya yang cocok,
merupakan potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan sebagai areal pertanian,
misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi
yang beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka
sistem pertanian yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan
holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, da tanaman hias.
• Lain dengan daerah pegunungan yang
memiliki corak tersendiri. Karena sedikitnya persediaan air tanah,
mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur
sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang
relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah
pegunungan.
Aspek
pengaturan dan kebijakan ini termasuk aspek politik
Marilah
kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita
pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek:
1. hubungan sosial: semua hal yang
berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses, faktor-faktor, perkembangan,
dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi
2. ekonomi: berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam
ilmu ekonomi
3. psikologi: dibahas dalam ilmu
psikologi
4. budaya: dipelajari dalam ilmu
antropologi
5. sejarah: berhubungan dengan waktu
dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah
6. geografi: hubungan ruang dan
tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu
geografi
7. politik: berhubungan dengan
norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
dipelajari dalam ilmu politik
Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan
pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan
nasional, yaitu:
membentuk manusia pembangunan yang
ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan
tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa,
dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang
luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang
termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitan
dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang
akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan
disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak.
Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan
bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:
1. mengajarkan konsep-konsep dasar
sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan
psikologis.
2. mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial
3. membangun komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. meningkatkan kemampuan bekerja
sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional
maupun global.
Sejalan
dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006)
adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki
pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya
serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik
merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa,
yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai
sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
Untuk lebih jelasnya akan dibahas
satu persatu.
Pengetahuan dan Pemahaman
Salah
satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman
tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
Sikap belajar
IPS juga bertujuan untuk
mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki
kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru
sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk
menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan
perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS.
Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan
berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan
pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadapa perkembangan
nilai-nilai dan sikap anak.
Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan
dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah,
keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan
relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan
merumuskan kesimpulan.
Karakteristik
Pendidikan IPS SD
Untuk membahas karakteristik IPS,
dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik
IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
1.
Materi IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
a. Segala sesuatu atau apa saja yang
ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan
sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b. Kegiatan manusia misalnya: mata
pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
c. Lingkungan geografi dan budaya
meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari
lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
d. Kehidupan masa lampau,
perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan
terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang
besar.
e. Anak sebagai sumber materi
meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
2.
Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS,
sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun
dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region,
negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or
Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Sebutan Masa Sekolah Dasar,
merupakan periode keserasian bersekolah, artinya
anak sudah matang untuk besekolah. Adapun kriteria keserasian
bersekolah adalah sebagai berikut.
1. Anak harus dapat bekerjasama
dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah
atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2. Anak memiliki kemampuan
sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan
dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3. Secara jasmaniah anak sudah
mencapai bentuk anak sekolah.
Menurut Preston (dalam Oemar
Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Anak merespon (menaruh perhatian)
terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya.Anak secara spontan menaruh
perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada
disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus dan tersebar di sekitar
lingkungnnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik,
anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang
ingin mereka ketahui.
3. Anak ingin berbuat, ciri khas
anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan
berbuat
4. Anak mempunyai minat yang kuat
terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang
penting/bermakna
5. Anak kaya akan imaginasi,
dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang
dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di
sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan
memecahkan masalah.
Berkaitan dengan atmosfir di
sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan
kelas-kelas yang terdapat di SD.
1. Karakteristik pada Masa Kelas
Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
a. Ada hubungan kuat antara keadaan
jasmani dan prestasi sekolah
b. Suka memuji diri sendiri
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan
sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting
d. Suka membandingkan dirinya dengan
anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya
e. Suka meremehkan orang lain
2. Karakteristik pada Masa Kelas
Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
a. Perhatianya tertuju pada
kehidupan praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan
realistis
c. Timbul minat pada
pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai
ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD
(7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus
mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan
waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan
yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar